Arsip Bulanan: Februari 2011

SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT

Surveilans Kesehatan Masyarakat dapat didefinisikan sebagai upaya rutin dalam pengumpulan, analisis dan diseminasi data yang relevan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat. Sedangkan Epidemiologi didefinisikan sebagai studi sistematis yang dilakukan untuk mempelajari fakta-fakta yang berperan atau mempengaruhi kejadian dan perjalanan suatu penyakit atau kondisi tertentu yang menimpa masyarakat. Oleh karena itu untuk memberantas suatu penyakit menular diperlukan pengetahuan tentang Epidemiologi penyakti tersebut serta tersedianya data surveilans yang dapat dipercaya yan berkaitan dengan kejadian penyakit tersebut.

Pelaporan Penyakit Menular hanya salah satu bagian saja namun yang paling penting dari suatu system surveilans kesehatan masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk dan “overcrowding” mempercepat terjadinya penularan penyakit dari orang ke orang. Faktor pertumbuhan dan mobilitas penduduk ini juga memperngaruhi perubahan gambaran Epidemiologis serta virulensi dari penyakit menular tertentu.

Perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah baru yang mempunyai ekologi lain membawa konsekuensi orang-orang yang pindah tersebut mengalami kontak dengan agen penyakit tertentu yang dapat menimbulkan masalah penyakit baru. Apapun jenis penyakitnya, apakah dia penyakit yang sangat prevalens di suatu wilayah ataukah penyakit yang baru muncul ataupun penyakit yang digunakan dalam bioteririsme, yang paliang penting dalam upaya pencegahan dan pemberantasan adalah mengenal dan mengidentifikasinnya sedini mungkin.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka system surveilans yang tertata rapi sangat diperlukan. CDC Atlanta telah mengembangkan rencana strategis untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul termasuk mengembangkan jaringan susrveilans sentinel, pengembangan pusat-pusat surveilans berbasis masyarakat dan berbagai proyek yang melengkapi kegiatan surveilans. Sebagai tambahan, Journal baru yang berjudul Emerging Infectious Diseases telah diterbitkan. CDC dengan WHO telah pula melakukan kerjasama tukar menukar informasi melalui media elektronika sejak tahun 1990 an.

Bagaimanapun juga deteksi dini terhadap suatu kejadian penyakit menular sangat tergantung kepada kejelian para petugas kesehatan yang berada di ujung tombak untuk mengenali kejadian kesehatan yang tidak biasa secara dini.
Dokter atau tenaga kesehatan yang menemukan yang aneh di lapangan punya kewajiban untuk melaporkan kepada otoritas kesehatan yang lebih tinggi agar dapat dilakukan tindakan yang semestinya.

Sistem pelaporan pasif punya kelemahan karena sering tidak lengkap dan tidak akurat terutama untuk penyakit-penyakit yang prevalen. Sistem pelaporan pasif ini perlu didorong setiap saat agar bias didapatkan laporan yang lebih lengkap dan tepat waktu teurtama untuk penyakit-penyakit menular yang mempunyai dampak kesehatan masyarakat yang luas termasuk penyakit-penyakit yang mungkin dipakai untuk melakukan bioterorisme. Dengan segala kelemahan yang dimilikinya system pelaporan menular tetap merupakan garis terdepan dari Sistem Kewaspadaan Dini kita dalam upaya mencegah dan memberantas penyakit menular. Oleh karena itu setiap petugas kesehatan tahu dan sadar akan pentingnya melaporkan kejadian penyakit menular, cara-cara pelaporan dan manfat dari pelaporan ini.

Referensi: Bahan Kuliah FKM Unhas tahun 2006

PRINSIP DASAR SURVEILANS

A. DEFINISI SURVEILANS

1. Menurut WHO : Suatu proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis, terus menerus dan penyebarluasan informasi kepada pihak terkait untuk melakukan tindakan.
2. Menurut CDC (Center of Disease Control) : pengumpulan, analisis dan interpretasi data kesehatan secara sistematis dan terus menerus, yang diperlukan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi upaya kesehatan masyarakat, dipadukan dengan diseminasi data secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang perlu mengetahuinya

B. TUJUAN

1. Memprediksi dan mendeteksi dini epidemi (outbreak)
2. Memonitor, mengevaluasi, dan memperbaiki program pencegahan dan pengendalian penyakit,
3. Memasok informasi utk penentuan prioritas, pengambilan kebijakan, perencanaan, implementasi dan alokasi sumber daya kesehatan.
4. Monitoring kecenderungan (Tren) penyakit endemis dan mengestimasi dampak penyakit di masa mendatang.
5. Mengidentifikasi kebutuhan riset dan investigasi lebih lanjut.
C. RUANG LINGKUP
1. Epidemic
2. Penyakit infeksi (Penyakit Menular)
3. Penyakit Tidak Menular
4. Health Services Problem.
5. Population Problem.
6. Environment Problem

D. KOMPONEN SURVEILANS

Pengumpulan data / informasi
Pengolahan data
Analisis dan interpretasi data
Hasil analisis dapat digunakan untuk:
– Perenmcanaan
– Monitoring dan
– Evaluasi
Penyebar-luasan data yang ditujuan ke:
– Tingkat administrasi yang lebih tinggi
– Ke instansi pelapor
– Disebar luaskan ke masyarakat pemakai

E. MANFAAT & KEGUNAAN

1. Mempelajari pola kejadian penyakit dan penyakit potensial pada populasi sehingga dapat efektif dalam investigasi, controling dan pencegahan penyakit di populasi.
2. Mempelajari riwayat alamiah penyakit, spektrum klinik dan epidemiologi penyakit (siapa, kapan dan dimana terjadinya, serta keterpaparan faktor resiko)
3. Menyediakan basis data yang dapat digunakan untuk memperkirakan tindakan pencegahan dan kontrol dalam pengembangan dan pelaksanaan.

F. KEGIATAN RUTIN UNIT SURVEILANS

1. Pengumpulan data
• Pengolahan dan penyajian
• Analisis dan interpretasi
• Penyebarluasan informasi dan rekomendasi
Tujuan Pengumpulan data:
1. Menentukan kelompok /golongan populasi at risk (umur, sex, bangsa, pekerjaan, dll)
2. Menentukan jenis agen dan karakteristiknya
3. Menentukan reservoir infeksi
4. Memastikan penyebab transmisi
5. Mencatat kejadian penyakit

G. SUMBER DATA

• Laporan penyakit
• Pencatatan kematian
• Laporan wabah
• Pemeriksaan laboratorium
• Penyelidikan peristiwa penyakit
• Penyelidikan wabah
• Survei/Studi Epidemiologi
• Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir
• Penggunaan obat, serum, vaksin
• Laporan kependudukan dan lingkungan
• Laporan status gizi dan kondisi pangan

H. JENIS DATA

1. Data Mortalitas (kematian)
2. Data Morbiditas (Kesakitan)
3. Data epidemik
4. Laporan penggunaan laboratorium (hasil test lab.)
5. Laporan investigasi kasus secara individual
6. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)
7. Survei khusus (register penyakit, survei serologis)
8. Informasi binatang sebagai reservoir dan vektor.
9. Data demografik
10. Data lingkungan.

I. JENIS SURVEILANS

a) Surveilans aktif
• Pengamatan kasus dilakukan secara langsung ke lapangan.
• Hasil yang diperoleh lengkap dan jauh lebih baik
• Dibutuhkannya dana dan tenaga khusus.
b) Surveilans pasif
• Pengamatan kasus dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui laporan.
• Hasil yang diperoleh kurang lengkap.
J. ALASAN DILAKSANAKAN SURVEILANS
Surveilans beralasan untuk dilakukan jika dilatari kondisi :
1. Beban penyakit (burden of disease) tinggi, sehingga merupakan masalah penting kesehatan masyarakat.
2. Terdapat tindakan kesehatan masyarakat yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
3. Data relevan mudah diperoleh
4. Hasil yang diperoleh sepadan dengan upaya yang dilakukan (pertimbangan efisien).

Sumber : Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17

CROSS-SECTIONAL STUDY

A. PENGERTIAN
Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau karakteristik terkait kesehatan lainnya secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat. Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga survei prevalensi. Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei. SKRT (Survei Kesehatan Rumah tangga) dan Surveilans merupakan studi potong lintang.

B. JENIS STUDI POTONG LINTANG
1. Potong lintang Deskriptif : meneliti prevalensi penyakit , paparan atau keduanya, pada suatu populasi tertentu.
2. Studi potong lintang analitik : mengumpulkan data prevalensi paparan dan penyakit untuk tujuan perbandingan perbedaan-perbedaan penyakit antara kelompok terpapar dan kelompok tak terpapar, dalam rangka meneliti hubungan antara paparan dan penyakit
C. KEKUATAN :
• Mudah dan murah
• Desain yang efisien untuk mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan distribusi sejumlah karakteristik populasi.
• Bermanfaat untuk memformulasikan hipotesis hubungan kausal yang akan diuji dalam studi analitik lainnya, seperti kasus kontrol dan kohor
• Tidak memaksa subjek mengalami faktor yang merugikan kesehatan (faktor resiko)

D. KELEMAHAN :
Validitas penilai hubungan kausal menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu paparan harus mendahului penyakit), karakteristik ini sulit dipenuhi dalam studi potong lintang, sehingga penggunaan desain studi ini terbatas untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
Penggunaan data prevalensi, padahal dalam penelitian faktor resiko dan etiologi penyakit menuntut penggunaan data insidensi penyakit.

Referensi:

1. Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
3. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi
4. Arsip mata kuliah FKM UNHAS 2006

http://www.facebook.com/dhikaaja

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR

A. PENGERTIAN
Penyakit tidak Menular Telah dijelaskan diatas bahwa penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent). Penyakit tidak menular biasa disebut juga dengan penyakit kronik, penyakit non-infeksi, new communicable disease, dan penyakit degeneratif.

B. KARAKTERISTIK PENYAKIT TIDAK MENULAR
1. Penularan tidak melalui rantai penularan tertentu
2. Masa inkubasi yang panjang dan latent
3. Perlangsungan penyakitnya yang berlarut-larut (kronik)
4. Sulit untuk didiagnosa
5. Biaya pencegahan maupun pengobatannya cukup tinggi
6. Mempunyai variasi yang cukup luas
7. Faktor penyebabnya bermacam-macam (Multifaktor)

C. PERANAN DAN PENDEKATAN EPIDEMIOLOGI DALAM PTM :
a) Peranan
1. Mengetahui distribusi PTM dalam masyarakat
2. Mengetahui penyebab tingginya distribusi PTM dalam suatu masyarakat
3. Menentukan pilihan prioritas dalam menangani masalah PTM

b) Pendekatan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Epidemiologi berusaha untuk mempelajarai distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PTM dalam masyarakat. Untuk itu diperlukan pendeekatan metodologik, yakni dengan melakukan dengan berbagai penelitian. Adapun tujuan dari pendekatan epidemiologi ini adalah untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya PTM atau mengetahui faktor determinantnya. Distribusi dalam hal ini diarahkan untuk melihat beban dari PTM, Trend yang meningkat, frekuensi melalui Rate, Ratio dan Proporsi.
Pendekatan epidemiologi dalam PTM ini tentunnya jug tidak akan terlepas dari dasar segitiga epidemiologi (person, place,time), disamping melihat populasi, dan determinat

D. JENIS-JENIS PENELITIAN UNTUK PTM
1. Penelitian observasional yang bersifat pasif, penelitian ini sekedar mengamati apa yang terjadi, tanpa intervensi atau tidak mengontrol/mengarahkan penelitian.
2. Penelitian eksprimental yang bersifat aktif, mengarahkan peneliti untuk melakukan intervensi sesuai dengan desain yang telah dibuat

a) Penelitian Observasional terdiri dari

1. Penelitian ekologis (Penelitian Korelasi)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor penelitian
2. Penelitian Cross Sectional
Mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara serentak
3. Penelitian Kasus Kontrol
Mempelajari hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status paparannya.
4. Penelitian Kohor
Mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tak terpapar berdasarkan status penyakit

Perhitungan Frekuensi PTM
1. Rate = a/n
2. Ratio = (a/b)
3. Proporsi = a/(a+b)

Proses terjadinya penyakit merupakan interaksi antara agent penyakit, host dan lingkungan sekitarnya.
1. Untuk penyakit menular, proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara : Agent penyakit (mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan
2. Untuk penyakit tidak menular proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen penyakit (non living agent), manusia dan lingkungan.
E. PENYAKIT – PENYAKIT TIDAK MENULAR YANG BERSIFAT KRONIS
1. Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :
• Ischaemic Heart Disease
• Cancer
• Cerebrovasculer Disease
• Chronic Obstructive Pulmonary Disease
• Cirrhosis
• Diabetes Melitus

2. Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu
• Osteoporosis
• Penyakit Ginjal kronis
• Mental retardasi
• Epilepsi
• Lupus Erithematosus
• Collitis ulcerative

3. Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :
• Defisiensi nutrisi
• Akloholisme
• Ketagihan obat
• Penyakit-penyakit mental
• Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.
F. FAKTOR-FAKTOR RISIKO
1. Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis belum ditemukan secara keseluruhan,
• Untuk setiap penyakit, faktor risiko dapat berbeda-beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia)
• Satu faktor risiko dapat menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx.
• Untuk kebanyakan penyakit, faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui
2. Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis antara lain :
• Tembakau
• Alkohol
• Kolesterol
• Hipertensi
• Diet
• Obesitas
• Aktivitas
• Stress
• Pekerjaan
• Lingkungan masyarakat sekitar
• life style

KODE ETIK PROFESI EPIDEMIOLOG KESEHATAN

Bahwa untuk mengisi kemerdekaan Indonesia yang bertujuan mencapau masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 diperlukan peran serta dan pengabdian diri dari segenap warga Negara Indonesia.
Bahwa untuk mencapai tujuan tersebut di atas dilaksanakan pembangunan di berbagai bidang dalam rangka mencapai kehidupan yang sehat dalam arti terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai bagian dari kesejahteraan rakyat. Untuk itu perlu ada penyatuan, pembinaan dan pengembangan profesi serta pengamalan ilmu pengetahuan epidemiologi yang dilandasi oleh semangat dan moralitas yang bertanggung jawab dan berkeadilan.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa disertai kesadaran dan keinginan luhur, berdasar ilmu, keterampilan dan sikap yang dimiliki untuk mencapai tujuan profesi tersebut di atas, maka Organisasi Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) menyusun dan menetapkan Kode Etik Profesi Epidemiolog Kesehatan sebagai landasan semangat, moralitas dan tanggung jawab yang berkeadilan dan merupakan kewajiban baik bagi individu, teman seprofesi, klien/masyarakat, maupun kewajiban yang sifatnya umum sebagai insane profesi dalam melaksanakan peran pengabdiannya sebagai berikut:

1. Kewajiban Umum

a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan profesi epidemiologi kesehatan dengan sebaik-baiknya.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.
c. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi epidemiologi, seorang Epidemiolog Kesehatan tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghindarkan diri dari perbuatan yang memuji diri sendiri.
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap penemuan atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan hal-hal yang menimbulkan keresahan masyarakat profesi atau ilmuwan.
f. Seorang Epidemiolog Kesehatan memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui suatu proses analisis secara komprehensif.
g. Seorang Epidemiolog kesehatan dalam menjalankan profesinya harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan dan keselamatan manusia.
h. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus bersifat jujur dalam berhubungan dengan klien atau masyarakat dan teman seprofesinya dan berupaya untuk mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi atau yang melakukan penipuan atau kebohongan dalam menangani masalah klien atau masyarakat.
i. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat, hak-hak teman seprofesi dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.
j. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh aspek kelimuan epidemiologi secara menyeluruh, baik fisik, biologi maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
k. Seorang Epidemiolog Kesehatan dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

2. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan Terhadap Klien/Masyarakat

a. Seorang Epidemiolog kesehatan bersikap tulus, ikhlas dan mempergunakan segala ilmua dan kompetensinya untuk kepentingan penyelesaian masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan suatu penelitian atau penyelidikan dalam rangkapenyelesaian masalah, maka ia wajib berkonsultasi, bekerja sama dan merujuk pekerjaan tersebut kepada Epidemiolog Kesehatan lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah tersebut.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab.
c. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib melakukan penyelesaian masalah secara tuntas dan keseluruhan dengan menggunakan ilmu dan metode epidemiologi serta ilmu lainnya yang relevan.
d. Seorang Epidemiolog Kesehatan wajib memberikan informasi kepada kliennya atas pelayanan yang diberikannya.
e. Seorang Epidemiolog Kesehatan berhak mendapatkan perlindungan atas praktek pemberian pelayanan.

3. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Teman Seprofesi
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian dari penyelesaian masalah.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dan teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan prosedur yang ada.

4. Kewajiban Epidemiolog Kesehatan terhadap Diri Sendiri
a. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus memperhatikan dan mempraktekkan hidup bersih dan sehat , beriman menurut kepercayaan dan agamanya supaya dapat bekerja dengan baik.
b. Seorang Epidemiolog Kesehatan harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang berkaitan dan atau penggunaan ilmu, metodologi dankompetensi epidemiologi.

http://www.facebook.com/dhikaaja